Beritasaja.com, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirim sejumlah pelajar bermasalah ke barak militer.
Menanggapi hal itu, Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menilai kebijakan tersebut bukanlah hukuman, melainkan bagian dari pengajaran pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab.
Jika demikian, kebijakan tersebut tidak menyalahi standard Hak Asasi Manusia.
“Apa yang dilakukan Pemda Jabar tersebut bukan merupakan Corporal Punishment (hukuman) tetapi bagian dari pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab anak.
Maka tentu tidak menyalahi standard Hak Asasi Manusia,” kata Pigai seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).
Baca Juga
- Dedi Mulyadi Ungkap Alasan Gandeng TNI untuk Didik Anak Nakal
- 29 Siswa Nakal dari Purwakarta Dikirim ke Barak Militer
- Keukeuh Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer, Dedi Mulyadi: Orangtua Udah Kewalahan Hadapi Anak
Hukuman, kata Pigai, merupakan penggunaan kekerasan jasa yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada anak.
Bentuknya bisa beragam seperti memukul, menampar, atau menggunakan benda keras untuk memukul anak.
Advertisement
"Ini kontroversial karena dampaknya yang negatif terhadap kesehatan pribadi jasa dan mental anak," wanti Pigai.
Namun Pigai percaya, tindakan dilakukan Gubernur Jawa Barat bukanlah demikian.
"Sepanjang pengajaran menyangkut pembinaan mental, karakter dan nilai-nilai kedisiplinan.
Maka hal tersebut sesuai dengan prinsip dan standar HAM," dia menandasi.
Sebagai informasi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengutarakan rencana siswa dibina di barak militer bertujuan agar memperoleh pengajaran karakter yang akan berkarya sama dengan TNI dan Polri.
Adapun menurut Dedi, rencana ini tak akan dijalankan secara serentak, namun bertahap ke daerah yang dianggap rawan.
"Tidak harus langsung di 27 kabupaten/kota.
Kita mulai dari daerah yang siap dan dianggap rawan terlebih dahulu, lalu bertahap," kata Dedi.
Nantinya, menurut Politikus Gerindra itu, para siswa akan mengikuti program itu di sekitar 30 hingga 40 barak khusus yang telah disiapkan oleh TNI.
Para siswa, kata Dedi Mulyadi, bakal menjalani pengajaran selama 6 bulan di barak militer.
Dedi membeberkan kriteria siswa yang bermasalah dan perlu dibina di barak militer.
"Tukang tawuran, tukang mabok, tukang main mobile legend, yang kalau malam kemudian tidurnya tidak mau sore.
Ke orang tua melawan.
Melakukan pengancaman.
Di pembelajaran bikin ribut.
Bolos terus.
Dari rumah berangkat ke pembelajaran, ke pembelajaran enggak sampai.
Kan kita semua dulu pernah gitu ya," beber Dedi.