Beritasaja.com, Jakarta Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyampaikan alasan wilayah utara Indonesia Timur menjadi fokus Latihan Armada Jaya 2024 karena ada ancaman penyusupan senjata ke Papua sehingga perlu diwaspadai oleh TNI AL.
Latihan Armada Jaya Ke-42 Tahun Anggaran 2024 merupakan latihan puncak TNI Angkatan Laut yang mengangkat dua wilayah sebagai sorotan (trouble spot), yaitu wilayah utara Indonesia Barat dan wilayah utara Indonesia Timur.
Baca Juga
- Joni yang Pernah Viral karena Panjat Tiang Bendera Tagih Janji Jokowi Setelah Gagal Lolos Seleksi Masuk TNI
- Megawati Tolak Revisi UU TNI dan Polri, Ini Alasannya
- Danpuspom Tegaskan Kasus Wartawan Karo Tewas Dibakar Diselidiki Pomdam
“(Wilayah) timur yang paling penting sebenarnya masalah Papua itu ya.
Itu kami utamakan, jangan sampai ada masuknya selundupan senjata ke Papua.
Itu yang kami perketat sekarang, dari laut terutama,” kata Panglima TNI Laksamana Ali saat ditemui pada sela-sela kegiatannya di Wisma Elang Laut, Jakarta, Selasa.
Advertisement
Dia menjelaskan beberapa kasus penyusupan senjata lintas nasional pernah terjadi di Indonesia.
Sebagian besar, senjata-senjata ilegal itu didatangkan dari Filipina.
“Ada pengalaman dari Filipina, senjatanya masuk, tetapi sudah berhasil kami cegah,” sambung Laksamana Ali dikutip dari Antara.
Dia menyebut dalam salah satu kasus, TNI AL berhasil menggagalkan penyusupan senjata yang masuk dari luar negeri ke Nabire, Papua Tengah.
Terkait jenis senjata yang rawan diselundupkan itu, Ali menyebut mayoritas senjata-senjata ringan.
Di lokasi berbeda, Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata saat jumpa pers di Markas Komando Koarmada RI, Jakarta, Selasa, menjelaskan wilayah utara Indonesia Timur menjadi salah satu trouble spot Latihan Armada Jaya tahun ini karena mempertimbangkan kasus-kasus penyusupan senjata dari Filipina ke Papua.
“Kapal-kapal perang kita atau jajaran (kapal) di armada masing-masing mewaspadai semua kemungkinan yang mengarah kepada penguatan OPM di Papua,” kata Laksdya Denih Hendrata.