Beritasaja.com, Jakarta - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK) menutup rangkaian giat kampanyenya dengan menyambangi Mbloc di Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2024).
RK hadir sebagai pembicara dalam kapasitas keilmuannya sebagai arsitek tata kota di acara MBDW atau M Bloc Design Week.
RK mengaku, dalam diskusi yang berjalan selama kurang lebih dua jam tersebut, dirinya banyak menyerap aspirasi soal pembangunan kota yang berkelanjutan, pengelolaan sampah dan bagimana menghadirkan ruang untuk masyarakat urban, khususnya di Jakarta.
Baca Juga
- Survei Charta Politika: RK-Suswono 48,3%, Pramono-Rano 36,5%,Dharma-Kun 5,6%
- Ridwan Kamil Singgung soal Pembangunan Condet: Akan Kita Carikan Solusinya
- Bereskan Masalah Sungai Jakarta, RK Kombinasikan Cara Anies dan Ahok
“Aspirasi-aspirasi dari GenZ dan Millennials terkait potensi diri Jakarta, untuk lebih banyak ruang manusia, lebih banyak ruang untuk jalan kaki, lebih banyak ruang hijau dan diinspirasi oleh tokoh-tokoh yang peduli dengan gerakan-gerakan membangun kota lebih humanis,” kata RK usai acara kepada awak media di lokasi, Kamis (3/10/2024) malam.
Advertisement
RK menambahkan, jika ada takdirnya untuk membangun Jakarta dalam kapasitas sebagai gubernur, maka bersama Suswono dirinya akan membawa sebagian program yang disuarakan publik yang menyatu demgan program pemerintah.
Tujuannya, agar tercipta sinergitas kemajuan yang lebih cepat.
“Jadi, masukannya adalah sebagian nanti akan jadi sebuah program, ya kalau memang takdirnya ada buat pasangan RIDO (RK-Suswono), sebagian juga imbauan bahwa kota ini kalau mau maju dengan cepat, warganya harus ikut berpartisipasi dalam membentuk sumbangan gagasan, dalam membentuk komunitas, ya karena kota kita adalah tanggung jawab kita,” yakin RK.
RK mencatat, ada beberapa poin yang diinginkan oleh kelompok muda khususnya di Jakarta yang selama ini belum ada.
Salah satunya dinding untuk tempat teriak pelepas stres.
Menurut dia, hal itu menjadi contoh kecil bagaimana ruang di kota dapat hadir memberikan dampak bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya.
“Tadi ada yang merasa perasaan juga di Jakarta, pengen satu aja ada dinding buat teriak katanya, nah itu sampling aja dari contoh kecil, betapa kota ini butuh ruang-ruang yang lebih manusiawi, lebih humanis,” jelas dia.