Beritasaja.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini sudah menyimpang dari garis perjuangan atau khitah Nahdlatul Ulama (NU).
Hal itu disampaikan merespons perseteruan PBNU dengan PKB.
"Karena PBNU hari ini lebih banyak menyimpang dari khitah Nahdlatul Ulama," kata Jazilul dalam diskusi mingguan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) bertajuk 'UU Ormas dan UU Parpol Bisakah Saling Intervensi?' di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (12/8/2024).
Baca Juga
- PKB: Kalau PKS Tidak ke Anies, Otomatis Kami Juga Enggak Bisa
- PKB: Jalan Dukung Anies Belum Mulus, Cuaca Berubah
- PKB Bakal Umumkan Nama Calon di Pilkada Jakarta Sebelum Muktamar
Wakil Ketua MPR itu menyebut bahwa PBNU sudah menyimpang terlihat dari upaya mengambil PKB saat ini.
Padahal, kata Jazilul, kewenangan PBNU sebagai ormas sedangkan PKB adalah partai politik dalam negeri (parpol).
Advertisement
Jazilul mengakui memang terdapat dewan pendiri partai politik dalam negeri.
Pendiri PKB dalam hal ini PBNU.
"Tapi setelah partai politik dalam negeri itu berjalan, dewan pendiri tidak punya kendali.
Nah, demikian juga dengan PKB yang didirikan oleh partai ulama yang kebetulan difasilitasi oleh PBNU ketika itu.
Bukan PBNU hari ini," ucap Jazilul Fawaid.
Menurut Jazilul, PKB sejatinya tetap membawa visi keulamaan dalam tugas mandat perjuangan politik dalam negeri.
Sehingga, hal itu membawa PKB meraih capaian politik dalam negeri yang ditargetkan.
"Makanya PKB ini menjadi partai yang hari ini alhamdulillah di 2024 menjadi partai nasional yang berhaluan ahlu sunnah walajamaah terbesar di Indonesia.
Dengan 68 kursi dan ribuan anggota DPRD kabupaten kota.
Semuanya mengusung spirit perjuangan ahlu sunnah walajamaah di rangka politik dalam negeri," ujar Jazilul.
PBNU, kata Jazilul, juga membawa visi keulamaan.
Namun, dengan kapasitas tugas yang berbeda dari ranah politik dalam negeri.
"Sementara PBNU visi keulamaan juga, tapi visi keumatan, membangun madrasah, membangun pondok pesantren, membangun sarana-sarana keumatan lainnya," kata Jazilul.