Beritasaja.com, Jakarta Di tengah tumpukan plastik berisi pakaian yang tertata rapi, tampak seorang perempuan yang sedang duduk bersila di atas lantai.
Di belakangnya, berjejer busana gamis dengan desain seragam dan motif yang beraneka macam.
Ya, wanita tersebut bernama Syafria Ningsih atau yang dikenal dengan panggilan Tante Keke.
Saat itu, dirinya bukan cuma sekedar duduk bersantai, tetapi menyelesaikan pesanan demi pesanan yang didapatkannya secara online.
Di depannya, terdapat layar komputer yang menemani.
Bunyi printer di sisi sebelah kanannya pun juga ikut meramaikan ruangan tempat kerja Tante Keke itu.
Baca Juga
- Lembaga Pengawas Data Pribadi Tak Kunjung Dibentuk, Ini Kata Kominfo
- TikTok Gandeng Kominfo Gelar Lokakarya Lawan Hoaks Pilkada 2024
- Sistem Peringatan Dini Melalui TV Digital, Langkah Baru Indonesia Hadapi Bencana dan Minimalisasi Korban
Hari itu Syafria kedatangan tamu.
Beberapa jurnalis sengaja datang menyambangi rumahnya.
Tempat tinggal Tante Keke itu bukti hasil perjuangan tanpa menyerah.
Dari bisnis yang nyaris bangkrut, Syafria menjadi penjual online sukses sebuah platform e-Commerce Unicorn nasional.
Advertisement
Kesuksesan itu bukan hasil instan.
Siapa sangka Syafria yang berjualan online awalnya perempuan Gagap Teknologi canggih atau Gaptek.
Jangankan membuka toko online, dia kesusahan membaca chat apalagi berselancar internet.
“Bagaimana mau jualan online, terima chat atau akses internet saja saya enggak ngerti.
Akan tetapi, saya harus berubah agar bisnis saya bisa terus jalan," ujar perempuan yang berhenti sebagai guru matematika sebuah SMA karena ingin merawat anak-anaknya.
Menjadi ibu rumah tangga, Syafria tidak mau hanya berpangku tangan.
Di tahun 2006, dia merintis bisnis pakaian muslim.
Sistem jaringan untuk memasarkan produknya digunakan pada 2007.
Dua tahun sejak dirintis, Syafria memutuskan membuka toko baju.
Aktif pula membangun jaringan reseller di berbagai kota.
Datangnya dunia digital sebagai cara baru berjualan tak bisa dihindari Syafria.
Meski menjadi perempuan gaptek, Dia tak menyerah dengan keadaan.
Dibantu membuat akun sebagai seller, Syafria akhirnya terjun sebagai seller sebuah e-commerce pada akhir tahun 2016.
“Menurut saya, se-mapan apapun bisnis kita, harus mulai ke online karena memang sudah zamannya," saran Tante Keke.
Langkah itu menuai sukses bagi bisnis pakaian muslim Syafria.
Tak lagi sendiri, perempuan berjilbab ini sudah jadi juragan.
Dia punya dua pegawai ketika ditemui di tahun 2018.
Keduanya ditugasi masing-masing mengelola bisnis secara offline dan online.
Digitalisasi telah mengubah banyak kehidupan.
Mulai dari urusan belanja, periksa kesehatan mental, transfer uang, sampai memantau lahan pertanian menjadi lebih mudah.
Hanya dengan menggulir layar handphone atau bekerja di depan komputer, segala urusan selesai.
Di tangan berinsting bisnis, digitalisasi telah mengubah cara meraup cuan.
Tanpa harus punya toko kebugaran jasmani, semua bisa jadi penjual online.
Asal punya gawai, ada akses internet, dan bubble wrap untuk pembungkus, transaksi jual beli barang atau jasa bisa berjalan.
Uang masuk ke dalam kantong hanya dari sentuhan tangan.
Keuangan digital inilah yang dilirik pemerintah.
Sejak 10 tahun lalu, transformasi digital digaungkan.
Potensinya luar biasa untuk membangun Nusantara.
Menjadi motor baru penggerak keuangan nasional, berandil besar pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).