Beritasaja.com, Jakarta - Ketua Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Aizuddin Abdurrahman mendukung dan mendorong calon kepala daerah (cakeda) di Pilkada 2024 untuk serius mengawal santri dan alumni menjadi santripreuner.
Gus Aiz, begitu mantan Ketua Umum PP Pagar Nusa NU ini merespons sejumlah calon kepala daerah yang menjadikan santri sebagai salah satu ketepatan yang akan dilibatkan dalam program menciptakan lapangan kerja lewat santripreuner.
Baca Juga
- Pilgub Jatim: Elektabilitas Tinggi Khofifah Sulit Dikejar Risma dan Luluk
- Cegah Hoaks Selama Pilkada 2024, Pemkot Bandung Gandeng Tiktok
- Soal Dana Kampanye Pilgub Jakarta, Pramono: Saya Serahkan kepada Tim
Untuk diketahui, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) nomor urut 1 Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri (AKA) menggaungkan santri akan menjadi salah satu prioritas yang akan dilibatkan dalam program 10 ribu wirausaha baru dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran.
Advertisement
“PBNU mendukung, mendorong dan berpesan kepada seluruh kepala daerah termasuk Sulteng, untuk peduli terhadap santri, guru dan pesantren.
Jangan ada kesan santri termarjinalkan.
Ada kesan santri atau alumni pondok cuma bisa mengaji dan mengajar.
Padahal santri ada nilai lebih, apalagi jadi enterpreuner,” kata Gus Aiz.
Cucu dari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng dan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari ini juga berharap calon kepala daerah bisa mengawal santri hingga menjadikan lulusan pesantren bisa menjadi pengelola bisnis baru dan menciptakan lapangan kerja baru bila terpilih memimpin daerah.
“Janji soal santripreuner harapannya terealisasi (jika terpilih).
Kalau program santripreuner ini bisa dikelola dengan positif, kami berharap 60 persen saja dari setiap pesantren bisa dikawal sudah bagus.
Jadi memang lapangan kerja baru dibutuh bagi mereka yang lulus nyantri,” kata Gus Aiz.
Ia kemudian mengingatkan berbeda dengan lulusan Lembaga Pendidikan formal umum, santri memiliki modal lebih mandiri dan memiliki pembelajaran karakter yang lebih unggul.
Untuk itu, ia berpesan kepala daerah bisa mendampingi santri yang ingin jadi enterpreuner dari permodalan, badan hukum, produksi, strategi bisnis hingga pemasaran.
“Kalau bisa ada yang di luar santri sukses tapi tak pernah mondok, bisa dikenalkan ke alam pesantren untuk kasih pembekalan.
Begitu juga sebaliknya.
Lulusan santri yang berbakat lebih bagus lagi karena dia punya sisi regiliusitas yang bagus.
Jadi asas kemanfaatan diperluas, jangan Cuma santri aja,” katanya.
Tak hanya soal melibatkan program-program usaha yang sudah berdiri di pesantren dan kalangan alumni, Gus Aiz juga menitipkan pesan agar guru di pesantren juga dilibatkan dan disejahterakan dengan bentuk insentif.
“Guru di pesantren juga harus disejahterakan kepala daerah.
Akademik akhlak itu jadi fondasi penting bagi santri yang mau jadi enterpreuner atau bukan.
Jadi selain mengasah softskill dan hardskill santri, guru yang membina santri harus dibuat Sejahtera,” ungkapnya.
Sejauh ini, Gus Aiz, mengakui PBNU akan mendorong dan menjadi jembatan atau titik temu antara kepala daerah dengan santri yang biasanya akan dikawal oleh PWNU di daerah.
PWNU juga berharap selain pemerintah daerah, anggota dewan daerah terlibat aktif dalam memastikan program-program pengentasan kemiskinan ekstrem dan mengurangi pengangguran lewat pelibatan santri.
“PWNU biasanya akan kerjasama dengan Gubernur atau kepala daerah.
Kami berharap pimpinan daerah bisa melibatkan perusahaan-perusahaan besar atau BUMD lewat dana CSR atau social lainnya.
Harus ada kepedulian lebih pada santri, alumni dan guru di pesantren,” demikian Gus Aiz.