Beritasaja.com, Jakarta - Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta Jamiluddin Ritonga mengaku terkejut dengan naiknya elektabilitas Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno yang meninggalkan pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK)-Suswono.
Namun, menurutnya, kenaikan tersebut masih wajar dan ada dua kemungkinan penyebabnya.
Pertama, kata Jamiluddin, Pramono Anung-Rano Karno mendapat dukungan lebih dari pendukung tim sepakbola Persija yang akrab disapa Jakmania.
"Berkurangnya dukungan Jakmania kepada Ridwan karena dipersepsi sebagai sosok Bobotoh (sebutan untuk pendukung tim sepakbola Persib).
Hal ini tentunya menurunkan elektabilitas Ridwan," ujar Jamiluddin kepada Beritasaja.com, Jumat (25/10/2024).
Advertisement
"Hal itu tentunya menguntungkan pasangan Pramono-Rano.
Para Jakmania beramai-ramai mengalihkan suaranya ke Pramono-Rano," sambungnya.
Yang kedua, lanjut Jamiluddin, terjadinya peralihan dukungan dari Anies Baswedan kepada Pramono Anung-Rano Karno.
Ini juga mengakibatkan adanya kontribusi besar dalam meningkatkan elektabilitas Pramono-Rano Karno.
"Jadi dua faktor tersebut membuat elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono menurun drastis.
Turunnya suara Ridwan-Suswono ini beralih ke Pramono-Rano," terang Jamiluddin.
Dia menyebut, mengingat hasil survei LSI pada 10-17 Oktober 2024 Pramono Anung-Rano Karno lebih unggul 4,2 persen yaitu dengan jumlah 41,6 persen daripada Ridwan Kamil-Suswono dengan jumlah 37,4 persen.
Jamiluddin yakin peluang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jakarta 2024 relatif kecil untuk satu putaran.
"Dengan makin tipisnya jarak elektabilitas dua pasangan tersebut, maka peluang menang satu putaran untuk salah satu calon tampaknya relatif kecil.
Diantara dua pasangan ini kiranya akan sulit mencapai elektabilitas 50 plus 1," yakinnya.
Sementara, jika terjadinya dua putaran.
Jamiluddin merasa pasangan Pramono Anung-Rano Karno akan diuntungkan dengan beralihnya suara pendukung dari Dharma-Kun.
"Hal itu terjadi karena ada upaya agar pasangan Ridwan-Suswono tidak jadi.
Pokoknya asal bukan Ridwan-Suswono.
Sikap demikian tentu menguntungkan Pramono-Rano," tutup Jamiluddin.