Beritasaja.com, Jakarta - Baju adat yang dikenakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu dan membuat masyarakat penasaran setiap peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia atau HUT RI 17 Agustus.
Presiden Jokowi selalu menggunakan baju adat yang berbeda-beda dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga
- Kader PDIP Dikabarkan Kena Reshuffle Kabinet, Sekjen Hasto: Malah Bisa Bersiap Bersih-Bersih Lebih Awal
- Anggaran Kesehatan jiwa 2025 Naik 6,12%, Saham-saham Ini Bisa Dipelototi
- PDIP Gelar Soekarno Run di Plaza Timur Senayan, Tema Berlari di Atas Kaki Sendiri
Berbeda dari HUT RI tahun-tahun sebelumnya, di mana Jokowi biasanya hanya memakai satu jenis pakaian adat saja.
Pada HUT ke-79 RI di Istana Bangsa Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Jokowi mengenakan dua macam pakaian adat dari dua provinsi berbeda.
Advertisement
Saat memimpin upacara pengibaran bendera pusaka, Jokowi memakai baju adat yang terinspirasi dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Sementara saat memimpin pacara penurunan bendera, sang kepala bangsa menggunakan baju adat Banjar dari Kalimantan Selatan.
Dua baju adat ini memiliki makna yang berbeda.
Baju adat saat pengibaran bendera bernama baju adat Kustim.
Pakaian adat tersebut memiliki makna dalam sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kesultanan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua di Indonesia dan dianggap sebagai cikal bakal Nusantara.
Istilah "Kustim" sendiri berasal dari kata "Kustin," yang berarti "kebesaran," menandakan bahwa pakaian ini memiliki kasta tertinggi dalam hierarki kerajaan.
Pada masa Kesultanan Kutai Kartanegara, baju adat Kustim hanya dikenakan oleh Aji Sultan, para pangeran, serta kakak perempuan Aji Sultan dan istri-istri pangeran.
Pakaian ini biasanya dipakai dalam upacara-upacara penting, termasuk Erau, sebuah perayaan besar dan megah yang diselenggarakan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara.