Beritasaja.com, Jakarta - Kekeringan ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Kondisi ini terjadi setelah hampir tiga bulan wilayah tersebut tidak diguyur hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di tiga provinsi tersebut mengalami kekeringan ekstrem.
Dengan kondisi ini BMKG mendorong mitigasi dan penanggulangan secara lintas sektor demi mengurangi dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat.
Baca Juga
- Sebuah Desa di Tunisia Berjuang Mendapatkan Air Bersih
- Isi 43 Bendungan, Kementerian PUPR Bikin Hujan Buatan
- Aceh Besar Krisis Air Bersih, Anggota DPRK Turun Pasok Kebutuhan Air untuk Warga Terdampak
"Kekeringan ekstrem berpotensi menyebabkan gagal panen, perubahan periode tanam, dan semakin berkurangnya ketersediaan air bersih," jelas Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Selain itu, risiko kebakaran hutan dan lahan juga meningkat di NTB, NTT, dan Jatim.
BMKG mengimbau agar upaya mitigasi dan penanggulangan diperkuat, terutama di sektor pertanian, air bersih, dan pencegahan kebakaran hutan.
Hal ini penting dilakukan hingga September, yang diprediksi menjadi puncak musim kering tahun ini.
"Tidak hanya itu, peluang gangguan kesehatan kebugaran jasmani masyarakat juga harus diwaspadai, terutama penyebaran penyakit demam berdarah," tambah Ardhasena.
Musim kering dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk, sehingga diperlukan langkah pencegahan yang lebih serius.
Berdasarkan laporan Tim Ahli Klimatologi BMKG, hingga Sabtu, (20/7/2024), setidaknya ada lima kabupaten dan kota di NTT yang mengalami kekeringan ekstrem, dengan beberapa wilayah bahkan tidak diguyur hujan selama lebih dari 90 hari.
Di NTB, tiga kabupaten dan kota juga mengalami kondisi serupa, dengan beberapa kecamatan mengalami kekeringan selama lebih dari 85 hari.
Di Jawa Timur, 10 kabupaten dan kota dilanda kekeringan ekstrem, dengan beberapa wilayah mengalami kekeringan selama lebih dari 85 hari.
Selain tiga provinsi tersebut, musim kering juga mulai melanda 45 persen zona musim Indonesia hingga pertengahan Juli 2024.
Kondisi ini menjadi peringatan bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah strategis dalam menghadapi ancaman kekeringan ekstrem yang semakin nyata.