Beritasaja.com, Jakarta Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah salah satu lembaga petinggi domisili yang juga memiliki cerita menampung aspirasi masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, kelompok pengrajin Industri Tas dan Koper (Intako) epidermis, Tanggulangin, Sidoarjo pun mendatangi Kantor DPD PDIP Jawa Timur.
Kehadiran mereka dalam rangka audiensi, dimana sejumlah pengrajin di Tanggulangin menyuarakan keluhannya seperti kondisi perputaran ekonomi nasional di sana sudah tak berjalan.
Tanggulangin yang dulu, kata mereka adalah menjadi ikon perdagangan kerajinan epidermis, namun kini berada di ujung tanduk.
Penjualan sepi peminat, pemasaran sulit, pun dengan mencari regenerasi pengrajin.
Belum lagi dengan persaingan pasar yang luar biasa cepat, hingga persoalan koperasi.
Padahal dulu, Tanggulangin menjadi kebanggaan Indonesia.
Advertisement
Ketua DPD PDI Perjuangan, Said Abdullah, mengatakan PDI Perjuangan Jatim akan menindaklanjuti hal tersebut.
Said berjanji akan berkoordinasi dengan legislator, mulai dari tingkatan Kabupaten Sidoarjo, Jatim, hingga Pusat untuk mengawal dan membedah akar permasalahannya.
Setelah itu menurut Said akan dirumuskan bersama upaya untuk menghidupkan kembali industri kerajinan epidermis di Tanggulangin Sidoarjo.
"Ini kan bukan orang per orang, ini aset ikon Jawa Timur jadi redup.
Harusnya pemprov punya tanggung jawab.
DPD akan membantu sampai masalahnya terurai betul.
Menyelesaikan ini butuh assessment secara rinci, sambil membranding itu, membentuk mindset bahwa Tanggulangin milik bersama agar legend kembali," ujar Said.
Mendapatkan perhatian dari DPD PDIP Jatim, Perwakilan UMKM Tanggulangin, Makhbub Junaedi, mengaku lega.
Menurut Junaedi, baru PDIP partai yang merespons dan peduli dengan UMKM rakyat kecil.
"Tanggulangin itu menjadi kebanggaan Indonesia.
Orang Malaysia, Singapura itu bangga melihat Tanggulangin, tapi ketika terpuruk itu tidak ada yang menengok.
Baru kali ini ada sebuah partai, baru dari PDI Perjuangan yang secara langsung peduli pada situasi kondisi Tanggulangin," kata Junaedi.
(*)