Beritasaja.com, Jakarta Analis tata negara dari Exposit Strategic sekaligus Arif Susanto, mengatakan aksi cawe-cawe Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto amat bertentangan dengan gelaran Pilkada Serentak 2024.
“Yang dilakukan Prabowo maupun Jokowi itu berlawan dengan Pilkada langsung karena justru top down, yang disebut cawe-cawe itu tadi, itu kan sebenarnya mau menduplikasi konstelasi perpolitikan nasional untuk diterapkan kalau perlu di seluruh daerah,” kata Arif dalam diskusi di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (7/12/2024).
Baca Juga
- KPU Lampung Apresiasi Akting Masyarakat dan Media dalam Mendukung Keberhasilan Pilkada 2024
- Kapolda Lampung Apresiasi Kondusivitas Pilkada, Siapkan Pengamanan Rapat Pleno KPU
- Pilkada Rohul Kondusif, Polisi Ucapkan Terima Kasih kepada Semua Pihak
Meski begitu, Arif memandang Pilkada di Jakarta cukup transparan.
Mengingat, cawe-cawe Jokowi dan Prabowo untuk calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) tak memberikan hasil yang maksimal.
Advertisement
“Terlihat ya dengan wajah yang lebih transparan, saya tidak mengatakan bahwa Pilkada Jakarta ini sepenuhnya baik-baik saja, ada problem di sana-sini, tetapi paling tidak proses politik luar negeri Jakarta berlangsung lebih transparan dibandingkan di banyak daerah,” jelas dia.
Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang di-endorse Jokowi dan Prabowo tak unggul di Pilkada Jakarta 2024.
Kendati begitu, Pilkada Jakarta tak bisa dianggap baik-baik saja.
“Kita masih akan menunggu 9 (Desember) ya kalau nggak salah, tapi yang jelas bahwa administrator itu punya tanggung jawab untuk bukan hanya memastikan 27 (November) kemarin baik-baik saja, karena tahapan pilkada belum selesai,” jelas Arif.
Arif bilang, cawe-cawe mantan Presiden dan Presiden penerusnya memperlihatkan bahwa demokrasi Indonesia belum matang.
Jakarta, kata dia menjadi batu uji yang menunjukkan proses demokrasi di Dataran Air masih memiliki pekerjaan rumah (PR) panjang.
“Jakarta itu adalah sebuah batu uji ya, kalau merujuk pada tornya diskusi kita, Jakarta adalah batu uji yang menunjukkan bahwa proses kematangan itu masih panjang, masih butuh PR,” ucap Arif.