Warung Pojok Mbah Tinah di Purworejo, Jaga Rasa Sejak 1975

, Beritasaja.com - Desa Karangduwur, Kecamatan Kemiri, terdapat sebuah warung sederhana yang memancarkan aroma nostalgia dan kehangatan.

Bagaimana tidak, warung yang dikenal sebagai Warung Pojok Mbah Tinah ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat sekitar sejak pertama kali didirikan oleh Rantinah pada tahun 1975.

Kini, warung ini dikelola oleh sang anak bernama Yuwantoro.

Ia terus menjaga tradisi kuliner yang diwariskan ibunya.

Bahkan, sampai puluhan tahun sejak berdiri dengan resep tradisional tetap dipertahankan.

Baca juga:

Yuwantoro mengenang bagaimana warung itu bermula hanya dengan menawarkan gorengan, kopi, dan beberapa camilan ringan.

Sasarannya pun hanya warga sekitar yang ingin ngopi dan para penggunan jalan yang kebetulan lewat

"Awalnya, ibu hanya menjual gorengan, kopi, dan beberapa makanan ringan lainnya tanpa nasi," ungkapnya Senin (2/9/2024).

Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya kebutuhan pelanggan, menu yang ditawarkan di Warung Mbah Tinah juga ikut berkembang.

Munculnya nasi rames dan soto dalam daftar menu adalah bukti betapa warung ini terus berinovasi.

"Setelah berjalan beberapa tahun, ada menu andalan yakni sayur ayam panggang.

Ini juga yang membuat Warung Mbah Tinah berbeda dan tetap bertahan hingga kini," ujar Yuwantoro.

Menu ini mulai diperkenalkan sekitar tahun 1988, atas permintaan seorang pelanggan yang pulang mudik dari Jakarta dan merindukan masakan rumah khas desa, terutama sayur yang biasa disajikan setelah selamatan Maulid.

Baca juga:

"Awalnya hanya mencoba-coba, ternyata banyak yang suka," kata Yuwantoro.

Setelah sambutan positif dari pelanggan, menu ini pun akhirnya menjadi sajian tetap yang legendaris di Warung Mbah Tinah.

Yuwantoro mengungkapkan, sebagai penerus usaha keluarga, dia memiliki prinsip yang kuat tentang pentingnya menjaga keaslian rasa masakan tradisional.

"Saya percaya bahwa meskipun makanan modern makin menjamur, orang-orang akan selalu merindukan cita rasa ," tegasnya.

Baca juga:

Filosofi inilah yang mendorongnya untuk tetap mempertahankan warung peninggalan sang ibu, menjaga rasa yang sama sejak dulu.

Dengan mempertahankan menu tradisional ini, Yuwantoro memegang teguh wasiat ibunya.

"Kata ibu 'meskipun semakin banyak makanan modern tapi suatu saat masyarakat akan bosan dan kembali ke makanan tradisional'," kata Yuwantoro menirukan wasiat ibunya.

Untuk menjaga cita rasa autentik, Warung Mbah Tinah tidak tergoda menggunakan peralatan modern.

Bahkan, untuk memasak di warungnya tersebut masih menggunakan kayu bakar.

Jaga cita rasa tradisional