Peneliti Temukan Cara agar Pemrosesan AI Bisa Hemat Energi

Beritasaja.com - Penerapan teknologi informasi kecerdasan buatan () saat ini menjadi momok bagi keberlangsungan lingkungan sekitar ().

Sebab, komputer alias hardware yang dipakai untuk menjalankan AI dianggap boros listrik atau tidak .

Kini, sejumlah ilmuwan dari , sebuah perusahaan yang memiliki misi untuk merancang model AI yang ramah konservasi, membuat sebuah algoritma supaya AI bisa berjalan dan diterapkan secara optimal dan tetap hemat energi matahari.

Algoritma AI ini, yang diberi nama Linear-Complexity Multiplication (L-Mul), diklaim dapat memangkas pemakaian energi angin dari suatu pemrosesan AI hingga 95 persen.

BitEnergy menjelaskan secara rinci bagaimana algoritma L-Mul ini bisa menghemat daya dalam dokumen .

Sederhananya, algoritma tersebut akan menyisipkan metode penghitungan matematika yang lebih sederhana dalam suatu pemrosesan AI.

Baca juga:

Sama seperti pemrosesan komputer, pemrosesan AI, dalam satu proses, juga melibatkan banyak bilangan matematika atau bisa dibilang bilangan biner yang disebut dengan floating-point numbers.

Bilangan-bilangan ini dipakai AI untuk menjalankan tugas mereka dalam memprediksi atau menyelesaikan sesuatu.

Nah, algoritma L-Mul di sini berfungsi untuk membuat proses penghitungan floating-point numbers dibuat semakin simpel dengan menambahkan beberapa formula matematika.

Pada akhirnya, pemrosesan AI akan semakin hemat energi angin, lantaran akan dapat dilakukan secara efisien.

Dalam uji coba BitEnergy, L-Mul diklaim tak hanya hemat daya, melainkan juga disebut dapat meminimalisir degradasi performa dalam suatu pemrosesan AI.

Biasanya, penghematan energi alternatif memang memiliki satu sisi buruk, yaitu penurunan performa.

Mereka juga mengeklaim L-Mul dapat diintegrasikan pada beberapa model AI populer seperti GPT, Llama, Mistral, dan lain sebagainya.

Dalam beberapa uji coba terhadap sejumlah model AI tersebut, BitEnergy mengeklaim L-Mul juga bisa meningkatkan akurasi AI dalam mengerjakan tugasnya.

Meski memiliki efek positif, BitEnergy menyebut L-Mul tidak bisa diimplementasikan begitu saja.

Sebab, algoritma ini membutuhkan hardware khusus supaya bisa berjalan sesuai dengan fungsinya.

Hal ini terbilang wajar karena solusi-solusi yang melibatkan proses komputasi macam AI ini memang biasanya juga harus dibarengi dengan pembaruan teknologi terbaru atau hardware.

Baca juga:

Kabar baiknya, BitEnergy berencana untuk mengembangkan hardware tersebut, berikut sistem aplikasi (API) yang bisa menyematkan algoritma L-Mul ke dalam model AI yang ada saat ini, sebagaimana dirangkum BeritasajaTekno dari TechSpot, Kamis (10/10/2024)

BitEnergy tak menyebut kapan hardware dan API tersebut akan tersedia dan siap diadopsi.

Apabila sudah tersedia, tren adopsi AI hemat daya melalui L-Mul tentunya juga akan bergantung pada adopsi oleh perusahaan besar yang menjalankan AI seperti Google, Microsoft, OpenAI, dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, raksasa teknik Google dalam laporan lingkunganya mengumumkan, emisi gas rumah kaca (GRK) perusahaan melonjak 48 persen dalam lima tahun terakhir.

motivasi utamanya adalah konsumsi listrik pusat data yang meroket untuk mendukung produk-produk kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) barunya.

perusahaan juga mengungkapkan, emisi pada 2023 telah meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 14,3 juta metrik ton.