Beritasaja.com, Jakarta - Kamis pagi, 21 Mei 1998, menjadi salah satu titik balik paling dramatis dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pukul 09.05 WIB, di Istana Merdeka yang lengang dan penuh ketegangan, Presiden Soeharto secara resmi menyatakan mundur dari jabatannya setelah lebih dari tiga dekade berkuasa.
Tanpa senyum, tanpa kata perpisahan, dan tanpa pelukan persahabatan, tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada Wakil Presiden B.J.
Habibie.
Suasana Istana begitu dingin, menandai peristiwa monumental yang terjadi dalam waktu teramat singkat.
Baca Juga
- Detik-Detik Lengsernya Soeharto dan Pelantikan Habibie 27 Tahun Lalu
- Puji Jasa Semua Pendahulunya, Prabowo: Saya Beruntung Jadi Presiden
- Melanie Subono Unggah Foto Lawas dengan BJ Habibie, Curhat Tiket Pesawat Mahal dan Rupiah Anjlok
Dalam buku autobiografinya yang berjudul “Detik-Detik Menentukan”, Presiden ke-3 RI itu mengaku tidak menyangka pengunduran diri Soeharto.
Sebab, sehari sebelumnya, Soeharto masih menyusun susunan Kabinet Reformasi dan berencana melantik para menterinya keesokan harinya.
Advertisement
“Menurut rencana, Kamis 21 Mei 1998, Presiden akan umumkan susunan kabinet dan Jumatnya dilantik.
Tapi pagi itu, saya justru mendapat kabar bahwa Pak Harto akan berhenti,” tulis Habibie.
Kabar mengejutkan itu disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negeri saat itu Saadilah Mursyid.
Habibie sempat meminta bertemu langsung dengan Soeharto, namun ditolak.
Tanpa penjelasan, tanpa pesan perpisahan.
“Saya teramat terkejut, dan meminta bicara dengan Pak Harto.
Tapi permintaan itu tidak dikabulkan,” ujar Habibie.
Setelah dilantik sebagai Presiden, Habibie pun tidak sempat berbincang atau bahkan bertatap muka lagi dengan sang mentor yang telah menganggapnya seperti anak sendiri.
Sejak saat itu, kegiatan mereka terputus.