Beritasaja.com, Jakarta - Kualitas udara di Jakarta setiap harinya tidak stabil.
Kadang masuk dalam kategori baik, di mana muncul pemandangan gunung di pagi hari yang terlihat dari tengah kota.
Namun keesokan harinya, pemandangan alam itu tidak nampak lagi.
Biasanya, kualitas udara baik di Jakarta muncul setelah guyuran hujan di malam hari.
Seolah derasnya air hujan menghilangkan polusi kota yang pekat.
Baca Juga
- Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Sedang pada Kamis Pagi 15 Mei 2025
- Dinas Lingkungan alami Hidup: Kualitas Udara Jakarta Saat Libur Lebaran 24 Maret-6 April 2025 Relatif Membaik
Gubernur Jakarta (2017-2022) Anies Baswedan pernah membuat pernyataan kontroversial soal udara Jakarta yang disebut tak memiliki KTP.
Sehingga tidak tepat bila menyalahkan Jakarta sebagai kota sumber polusi, karena kejadian utamanya adalah angin.
Advertisement
"Bila masalah polusi udara itu bersumber dari dalam kota Jakarta, maka hari ini, besok, minggu depan akan konsisten, akan terus kotor, tapi apa yang terjadi?
Ada hari di mana kita bersih, ada hari di mana kita kotor.
Apa yang terjadi?
Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya," kata Anies saat debat Pilpres 2024 di 12 Desember 2023.
Sementara itu, Gubernur Jakarta saat ini, Pramono Anung mengaku tengah mencari solusi konkret untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.
Salah satunya, dimulai dari kebijakan menggunakan mobilitas umum untuk pegawai di lingkungan alami Pemprov Jakarta khusus di hari Rabu.
Dia meyakini, dengan total jumlah pegawainya yang mencapai 65 ribu orang, maka pada hari Rabu kualitas udara Jakarta bisa lebih baik.
Sebab ada kontribusi dari mereka yang tidak menggunakan kendaraan pribadi sebagai salah satu penyumbang polusi.
"Saya tahu bahwa ini akan mengurangi kemacetan, polusi juga pasti turun karena aktivitas 65.000 orang setiap Rabu itu dampaknya besar," kata Pramono di Halte Matraman, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Pada laporan indeks kualitas udara dari situs IQAir, Jakarta belum mencatatkan udara bersih sejak tahun 2017.
Setiap tahunnya, kualitas udara di Jakarta ada di warna merah, ungu, hingga marun.
Jakarta juga kerap menjadi kota dengan kualitas terburuk di Asia Tenggara, bahkan dunia.
Pada laporan tahun lalu, dalam 12 bulan terakhir, kualitas udara terbaiknya ada pada Desember dengan indikator oranye.
Meski begitu, oranye masih diartikan sebagai udara tidak sehat dan sensitif bagi sebagian orang.
Kemudian merah, diartikan udara tidak sehat.
Lalu warna ungu diartikan amat tidak sehat, dan marun dikategorikan berbahaya.
Sedangkan kategori warna udara yang baik disimbolkan dengan warna hijau dan warna kuning berarti moderat atau masih dapat diterima walau bisa beresiko untuk sebagian orang yang sensitif.
Saat laporan ini ditulis, situs IQAir mencatatkan Jakarta di peringkat 20 pada kategori kota besar paling berpolusi.
Data tersebut dikutip pada Kamis 15 Mei 2025 pada pukul 16.40 waktu setempat.
Jakarta berada dalam kategori warna kuning.